Jumat, 24 November 2017

Kebudayaan Kalimantan Tengah

1. Rumah Adat
Rumah adat Kalimantan Tengah dinamakan Rumah Betang, Bentuk rumahnya panjang, bawah kolongnya digunakan untuk pertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh lebih kurang 20 kepala keluarga.
Rumah terdiri dari 6 kamar antara lain untuk penyimpanan alat-alat perang, kamar untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara adat dan agama, tempat penginapan dan ruang tamu. Pada kiri-kanan ujung atap dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.
Rumah Betang (Rumah Panjang)
2. Pakaian Adat
Pakaian adatnya pria Kalimantan Tengah berupa kepala berhiasankan bulu-bulu enggang, rompi dan kain-kain yang menutup bagian bawah badan sebatas lutut. Sebuah tameng kayu hiasan yang khas bersama mandaunya berada di tangan. Perhiasan yang dipakai berupa kalung-kalung manik dan ikat pinggang.
Wanitanya memakai baju rompi dan kain (rok pendek), tutup kepala berhiaskan bulu-bulu enggang, kalung manik, ikat pinggang dan beberapa gelang tangan.
Pakaian Adat Kalteng
3. Tari-tarian Daerah Kalimantan Tengah
a. Tari Tambun dan Bungai, merupakan sebuah tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.
b. Tari Balean Dadas, merupakan tarian guna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit.
c. Tari Sangkai Tingang, tari garapan yang memanfaatkan perbendaharaan gerak tari tradisi ini menggambarkan sikap sekelompok wanita dalam mencintai lingkungan hidupnya. Mereka berusaha dan berdoa agar burung enggang yang indah itu tetap dilindungi kelestariannya.
Tari Tambun dan Bungai
4. Senjata Tradisional
Di Kalimantan Tengah senjata tradisionalnya adalah mandau. Bagian hulunya dihiasi ukiran burung tinggang, sejenis burung enggang. Menurut kepercayaan mereka, burung tinggang adalah penguasa seluruh alam. Senjata terkenal lainnya adalah lunjuk sumpit, randu (sejenis tombak) dan perisai.
Mandau
5. Suku : Dayak, Ngaju, Maanyan, Dusun, Lawangan Bukupai, Ot Danun, dan lain-lain.
6. Bahasa Daerah : Dayak, Ngayu, Ot Danun, dan lain-lainnya.
7. Lagu Daerah : Kalayar, Palu Lempangpupoi.




sumber:http://www.kebudayaanindonesia.com/2013/07/kalimantan-tengah.html

Larangan memakai TATO

Menurut bahasa tato berarti melukis atau mengukir.  Sedangkan menurut istilah tato adalah menusuk-nusuk jarum pada kulit dengan memberi zat pewarna sehingga mengalirkan darah kemudian diberi alkohol sehingga terbentuklah sebuah lukisan, gambar atau simbol dengan berbagai macam warna seperti hitam atau biru. Tato itu bersifat permanen karena terlukis didalam kulit dan darahnya akan membeku didalam kulit. Jadi apabila seseorang memakai tato maka hati-hatilah karena air wudhu’ tidak bisa masuk kedalam kulit tersebut. karena dilapisi oleh tinta atau zat pewarna. Meskipun kita memakai tato pada anggota yang bukan anggota wudhu’. Ini tetap juga tidak boleh, karena disaat kita bersuci dari hadas besar atau mandi janabah maka air tersebut tidak bisa membasahi semua kulit apalagi kulit yang terkena tato.  Jadi disaat kita mandi janabah, apabila air tidak bisa meratai keseluruh tubuh maka tidak sah mandi seseorang. otomatis ia belum suci dari hadas besar dan tidak sah melakukan shalat. Nauzubillah! 
Hukum Memakai Tato
Jumhur ulama bersepakat bahwa hukum memakai tato adalah haram. Ini berdasarkan beberapa hadis Rasulullah SAW:
Rasulullah SAW bersabda: ”Allah melaknat orang-orang yang mentato dan yang minta untuk ditato.” (HR. Bukhari)
Dalam hadis lain Rasulullah SAW bersabda: “Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya, melakukan tato di wajahnya, menghilangkan rambut dari wajahnya, menyambung giginya demi kecantikan, mereka itu telah merubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Didalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 119 Allah berfirman:
Yang Artinya: “Dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah (dan mereka benar-benar mengubahnya). Barang siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung yang selain Allah, maka sungguh dia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa’: 119)
Dari dalil-dalil tersebut sangat jelas, bahwa merubah ciptaan Allah merupakan perbuatan setan. Apabila kita mengikuti perbuatan setan maka hukumnya haram.  Termasuk melakukan tato, karena orang yang melakukan tato berarti ia telah merubah ciptaan Allah SWT.  Bahkan Allah SWT melaknat  orang-orang yang memakai tato dan yang diminta untuk ditato. Kedua-duanya dilaknat oleh Allah SWT dan sama-sama hukumnya hukum.  Nauzubillah!
Jadi kita sebagai ummat muslim, sudah sepantasnya kita menjauhi diri kita untuk membuat tato, dan janganlah kita bekerja pada tempat tato tersebut atau sebagai tukang tato karena dilarang oleh Allah SWT. Namun apabila ditubuh kita sudah terlanjur ada tato, maka  bersegeralah untuk mengahpuskannya sebisa mungkin. Namun kalau tidak bisa dihapuskan lagi maka bersabarlah dan mohon ampunlah kepada Allah dengan bertaubat kepada-Nya. dan menyesali semua perbuatan itu dengan tidak mengulanginya lagi. Mudah-mudahan Allah SWT menerima taubat kita. Amiin Ya Rabbal ‘alamiin…..


sumber:http://www.akidahislam.com/2017/01/larangan-memakai-tato-dalam-islam.html

SEJARAH LATAR BELAKANG BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH

Setelah masa Khulafaur Rasyidin berakhir yang ditutup oleh kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib dilanjutkan dengan pemerintahan Islam yaitu Dinasti Umayyah.
Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah dilatar belakangi oleh peristiwa perdamaian Islam dikota Maskin dekat Madam Kuffuah yang dikenal dengan sebutan Ammul Jamaah. Perdamaian tersebut tarjadi pada tahun 41 Hijriyah/661 Masehi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Kemudian dari perdamaian Islam tersebut dipegang oleh Hasan bin Ali. Sistem demokrasi yang telah dibangun oleh Khulafaur Rasyidin diganti menjadi sistem pemerintahan monarki (keturunan).
Hal ini menjadi perpolitikan yang panjang bagi umat Islam. Mengingat pada saat Khalifah Usman bin Affan wafat digantikan dengan Ali Bin Abi Thalib.

Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib pun memicu perdebatan antara kaum muslimin itu sendiri. Penolakan beruntut menjadi konflik yang tiada henti sehingga terjadi peperangan antara pendukung Ali bin Abu Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sofyan yang merupakan pendukung Khalifah Usman bin Affan.
Mengingat Khalifah Ali bin Abu Thalib akan mengusut pembunuhan Usman bin Affan, beliau sangat berhati-hati manangani masalah ini. Karena beliau tidak ingin ada dampak yang buruk terjadi dalam penanganan masalah tersebut.
Keluarga Bani Umayyah yang selama ini merasa mempunyai pelindung atas berbagai kepentingan mereka menjadi terguncang mendengar Khalifah Usman bin Affan wafat.
Bani Umayyah berupaya mencari pembunuh Khalifah Usman bin Affan untuk menuntut balas. Upaya yang dilakukan adalah menuntut Ali bin Abu Thalib untuk mengusut tuntas pembunuhan itu. Tetapi tidak ada respon maka dari itu Muawiyah bin abu Sofyan dan pendukungnya Bani Umyyah menyusut pembunuhan tersebut.
Dengan cara mencari informasi sehingga informasi yang didapat bahwa dalang dibalik pembunuhan tersebut adalah Muhammad bin Abu Bakar. Bani Ummayah dan para pendukungnya menuntut Ali bin Abu Thalib untuk melakukan proses hukum terhadap Muhammad bin Abu Bakar.
Namun, Ali bin Abu Thalib tidak mengabulkan permintaan tersebut karena tuduhan tersebut tidak berdasarkan bukti yang kuat. Karena keberadaan Muhammad bin abu Bakar justru untuk melindungi Khalifah Usman bin Affan.
Dari hal tersebut, Khalifah Ali bin Abu Thalib mengubah sistem pemerintahan dan merombak pemerintahan serta mengambil langkah pergantian pejabat yang diangkat oleh Usman bin Affan karena dianggap sumber kekacauan.
Muawiyah memanfaatkan kekecewaan para mantan pejabat pada masa Usman bin Affan. Sehingga banyak melakukan penolakan sampai-sampai para pendukung Usman bin Affan membawa jubah Khalifah Usman bin Affan yang penuh darah dan menuduh Ali bin Abu Tholib terlibat dalam pembunuhan ini dan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap Khalifah Ali bin Abu Thalib.
Selain Muawiyah, kelompok pendukung Ali bin abu Thalib sebagai kaum Syam dan kelompok Zubair bin Awwan tidak menyetujui Khalifah Ali bin Abu Thalib. Mereka menganggap beliau tidak mampu mengatasi dunia politik dalam negeri dan lambannya pengusutan kasus pembunuhan Khalifah Usman bin Affan.

sumber:https://gurumurid.com/latar-belakang-berdirinya-dinasti-umayyah/

Kebudayaan Jawa Barat

1. Rumah Adat
Salah satu contoh rumah adat Jawa Barat dinamakan Keraton Kasepuhan Cirebon yang di depannya terdapat pintu gerbang. Keraton Kasepuhan Cirebon ini terdiri dari 4 ruangan. Jinem atau pendopo untuk para pengawal/penjaga keselamatan Sultan. Pringgodani, tempat Sultan memberi perintah kepada adipati. Prabayasa, tempat menerima tamu istimewa Sultan dan Panembahan, ruang kerja dan istirahat Sultan.
Keraton Kasepuhan Cirebon
2. Pakaian Adat
Pakaian adat pria Jawa Barat berupa tutup kepala (destar), berjas dengan leher tertutup (jas tutup). Ia juga memakai kalung, sebilah keris yang terselip di pinggang bagian depan serta berkain batik.
Sedangkan wanitanya memakai baju kebaya, kalung, dan berkain batik. Beberapa hiasan kembang goyang menghiasi bagian atas kepalanya. Begitu pula rangkaian bunga melati yang menghiasi rambut yang disanggul. Pakaian ini berdasarkan adat Sunda.
3. Tari-tarian Jawa Barat
a. Tari Topeng Kuncuran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.
b. Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.
c. Tari Rarasati. Dewi Rarasati sebagai selir Arjuna yang cantik dan lembut ternyata memiliki jiwa keprajuritan. Kepandaiannya dalam memanah telah menyadarkan Srikandi dari kesombongannya. Saripati gambaran tersebut kemudian diangkat dalam bentuk tari kelompok dengan sumber gerak tari tradisi Cirebon.
d. Tari Jaipong, suatu bentuk tarian pergaulan Jawa Barat yang terkenal.
Tari Merak
4. Senjata Tradisional
Di Jawa Barat senjata tradisional yang terkenal adalah kujang. Pada mata kujang terdapat 1-5 buah lubang dan sarungnya terbuat dari kain hitam.
Senjata lainnya adalah keris kirompang, keris kidongkol, golok, bedok, panah bambu, panah kayu dan tombak.
Kujang
5. Suku : Sunda, Badui, Betawi, Banten, dan lain-lain.
6. Bahasa Daerah : Sunda, Betawi
7. Lagu Daerah : Sintren, Cing Cangkeling, Bubuy Bulan.


sumber:http://www.kebudayaanindonesia.com/2013/06/jawa-barat.html

SEJARAH KERAJAAN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Kerajaan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin adalah kerajaan bercorak islam yang berdiri pada Tahun 1520. Kerajaan ini dihapuskan secara sepihak oleh Belanda pada tanggal 11 Juni 1860.
Namun masyarakat Banjar tetap mengakui adanya pemerintahan darurat yang baru berakhir pada 24 Januari 1905. Tetapi sejak tanggal 24 Juli 2010, Kesultanan Banjar bangkit kembali ditandai dengan dilantiknya Sultan Khairul Saleh.
Kerajaan Banjar terletak di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
Kesultanan ini pada awalnya beribukota di Banjarmasin lalu dipindahkan ke berbagai tempat dan terakhir pindah ke Martapura. Ketika ibu kota kerajaan Banjar berada di Martapura, Kerajaan ini disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.
kerajaan banjar - wilayah kekuasaan
via: wikipedia.org

Nama kerajaan ini berubah-ubah ketika ibu kotanya pindah. Waktu ibu kota kerajaan Banjar berlokasi di Banjarmasin, kesultanan ini dikenal dengan nama Kesultanan Banjarmasin.Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Daha yang merupakan kerajaan Hindu. Ibu kota kerajaan Daha terletak di kota Negara, yang sekarang merupakan ibu kota dari kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.

Sejarah Kerajaan Banjar

kerajaan banjar - kraton
Kraton Banjar, via: wikipedia

Berdasarkan mitologi dari suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan Selatan), kerajaan pertama di Kalimantan bagian selatan merupakan Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan daerah kekuasaannya terhampar luas mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir.Keberadaan mitologi Maanyan yang menceritakan mengenai masa-masa kejayaan dari Kerajaan Nan Sarunai, sebuah kerajaan kuno yang dulunya menyatukan etnis Maanyan di daerah ini dan telah mengadakan hubungan dengan pulau Madagaskar.
Kerajaan ini mendapat serbuan dari Majapahit Sehingga sebagian rakyatnya menyingkir ke pedalaman (wilayah suku Lawangan). Salah satu peninggalan arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai.
Ketika tahun 1996, dilakukan pengujian terhadap sampel arang dari Candi Agung. Hasil pengujian tersebut menghasilkan angka tahun sekitar 242-226 SM.
Kemunculan Kerajaan Banjar berhubungan erat dengan melemahnya pengaruh dari Negara Daha sebagai kerajaan yang sedang berkuasa saat itu.
Maharaja Sukarama, Raja dari Negara Daha pernah berwasiat agar penggantinya kelak adalah cucunya yang bernama Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden Samudera adalah Raden Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, yang merupakan saudara dari Maharaja Sukarama.
kerajaan banjar - bangsawan
bangsawan dari Banjar via: wikipedia.org

Wasiat tersebut mengakibatkan Raden Samudera terancam keselamatannya lantaran para putra Maharaja Sukarama juga berambisi unutk menjadi raja yaitu Pangeran Bagalung, Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung.Dibantu oleh Arya Taranggana, Pangeran Samudra melarikan diri menggunakan sampan ke muara sungai Barito. Setelah Maharaja Sukarama wafat, Pangeran Mangkubumi menjadi Raja Negara Daha, kemudian digantikan Pangeran Tumenggung yang juga merupakan putra Sukarama.
Raden Samudera sebagai pihak yang kalah lalu melarikan diri dan bersembunyi di daerah muara sungai barito. Dia dilindungi oleh sekelompok orang melayu yang berdiam di wilayah itu. Kampung orang melayu itu disebut dengan nama kampung oloh masih yang berarti kampung orang melayu pimpinan Pati Masih. Lambat laun kampung ini mulai berkembang menjadi kota banjarmasih karena ramainya perdagangan di tempat ini dan banyaknya pedagang yang menetap.
kerajaan banjar - gadis
gadis dari Banjar via: wikipedia.org

Dalam pelarian politiknya, raden Samudera melihat potensi dari Banjarmasih dengan sumber daya manusianya dapat dijadikan sebagai kekuatan potensial untuk melawan balik kekuatan pusat, yaitu Negara Daha.Kemampuan yang dimiliki Banjarmasih untuk melakukan perlawanan terhadap Negara Daha akhirnya mendapat pengakuan formal setelah komunitas melayu tersebut mengangkat Raden Samudera menjadi kepala Negara.
Pengangkatan ini akhirnya menjadi titik balik perjuangan bagi Raden Samudera. Terbentuknya kekuatan politik baru di banjarmasih, yang dapat menandingi Negara Daha ini dijadikan sebagai senjata oleh Raden Samudra untuk mendapatkan haknya kembali sebagai Raja Negara Daha.
Sedangkan orang melayu yang menolongnya menjadikan ini sebagai media agar mereka tidak perlu lagi membayar pajak pada Negara Daha.
Setelah berhasil menjadi Raja di Banjarmasih, Raden Samudera dianjurkan oleh Patih Masih untuk meminta bantuan tempur kepada Kerajaan Demak.
Permintaan bantuan dari Raden Samudera diterima oleh Sultan Demak, Namun dengan syarat Raden Samudera beserta para pengikutnya harus masuk agama Islam. Syarat tersebut lalu disanggupi oleh Raden Samudera dan Sultan Demak akhirnya mengirimkan pasukannya yang dipimpin oleh Khatib Dayan.
Sesampainya di Banjarmasih, pasukan Demak pimpinan Khatib Dayan bergabung dengan pasukan dari Banjarmasih untuk melakukan penyerbuan ke Negara Daha di muara sungai Barito.
Sesampainya di daerah yang bernama Sanghiang Gantung, pasukan Bandarmasih dan Pasukan Demak bertemu terlibat pertempuran Pasukan Negara daha.
Pertempuran ini diakhiri dengan sebuah kesepakatan yang isinya adalah duel antara Raden samudera dengan Pangeran Tumenggung. Dalam duel itu, Raden Samudera berhasil mengalahkan pangeran Tumenggung dan itu menandaka kemenangan Banjarmasih.
Setelah kemenangan dalam pertempuran, Raden Samudera lalu memindahkan Rakyat dari Negara Daha ke Banjarmasih dan Raden Samudera diangkat sebagai Kepala negaranya.
Bersatunya penduduk Banjarmasih yang terdiri dari rakyat Negara Daha, Melayu, Dayak dan orang jawa (pasukan dari Demak) menunjukan bersatunya masyarakat Banjarmasih di bawah pemerintahan Raden Samudera.
Para penduduk yang berkumpul di Banjarmasih menyebabkan daerah ini menjadi ramai. Ditambah lokasinya yang terletak pada muara sungai barito dan martapura menjadikan tempat ini sebagai lalu lintas perdangan.
Raden Samudera lalu menjadikan Islam sebagai agama resmi negara dan rakyatnya memeluk agama Islam. Raden Samudra lalu bergelar Sultan Suriansyah yang menjadi raja pertama dari kerajaan Banjar.

Silsilah Raja dari Kerajaan Banjar

1526 – 1545

Pangeran Samudra yang kemudian bergelar Sultan Suriansyah, Raja pertama yang memeluk Islam

1545 – 1570

Sultan Rahmatullah

1570 – 1595

Sultan Hidayatullah

1595 – 1620

Sultan Mustain Billah, Marhum Penambahan yang dikenal sebagai Pangeran Kecil. Sultan inilah yang memindahkan Keraton Ke Kayutangi, Martapura, karena keraton di Kuin yang hancur diserang Belanda pada Tahun 1612

1620 – 1637

Ratu Agung bin Marhum Penembahan yang bergelar Sultan Inayatullah

1637 – 1642

Ratu Anum bergelar Sultan Saidullah

1642 – 1660

Adipati Halid memegang jabatan sebagai Wali Sultan, karena anak Sultan Saidullah, Amirullah Bagus Kesuma belum dewasa

1660 – 1663

Amirullah Bagus Kesuma memegang kekuasaan hingga 1663, kemudian Pangeran Adipati Anum (Pangeran Suriansyah) merebut kekuasaan dan memindahkan kekuasaan ke Banjarmasin=

1663 – 1679

Pangeran Adipati Anum setelah merebut kekuasaan memindahkan pusat pemerintahan Ke Banjarmasin bergelar Sultan Agung

1679 – 1700

Sultan Tahlilullah berkuasa

1700 – 1734

Sultan Tahmidullah bergelar Sultan Kuning

1734 – 1759

Pangeran Tamjid bin Sultan Agung, yang bergelar Sultan Tamjidillah

1759 – 1761

Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah

1761 – 1801

Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putera Sultan Muhammad Aliuddin yang belum dewasa tetapi memegang pemerintahan dan bergelar Sultan Tahmidullah

1801 – 1825

Sultan Suleman Al Mutamidullah bin Sultan Tahmidullah

1825 – 1857

Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman

1857 – 1859

Pangeran Tamjidillah

1859 – 1862

Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu’mina

1862 – 1905

Sultan Muhammad Seman yang merupakan Raja terakhir dari Kerajaan Banjar


sumber:http://urusandunia.com/kerajaan-banjar/

Latar belakang berdirinya Muhammadiyah

Keberadaan Muhammadiyah tidak lepas dari berbagai faktor yang melatar-belakanginya. Baik dari faktor diri pribadi pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan juga dipengaruhi oleh faktor dari luar KH. Ahmad Dahlan.


Latar Belakang Internal :
1. Aspirasi keagamaan KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan yang terinspirasi dari QS. Ali Imran : 104. Bahwa perlu “diadakan” suatu golongan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dan bentuk golongan tersebut adalah dengan ORGANISASI.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[*]; merekalah orang-orang yang beruntung.
[*] pengertian Ma'ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan pengertian Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

2. Keadaan Umat Islam
Umat Islam saat itu (tahun 1900 an) berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Miskin, bodoh, terpinggirkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan.
Latar Belakang Eksternal :
1.       Praktek ajaran Islam yang tercampur dengan ajaran lain.
Penyebaran ajaran agama Islam pada masa awal di nusantara menggunakan system asimilasi yang tidak menimbulkan pertentangan dari masyarakat nusantara yang masih beragama hindu, budha maupun kepercayaan. Asimilasi yang dilakukan oleh wali songo sangat berhasil memasukkan Islam dalam kehidupan masyarakat kala itu. Namun ketika para wali sudah tiada, tarbiyah yang dilakukan belum berhasil, ajaran Islam masih bercampur dengan ajaran yang lain, dan hal itu terjadi sampai sekarang dan dianggap sebagai ajaran Islam. Sebagai contoh adalah ritual Peringatan kematian 40 hari dan sebagainya. Hal inilah yang perlu diluruskan oleh umat Islam.
2.       Adanya aktivitas misi Kristen (pemurtadan)
Penjajah Belanda dengan metodenya sendiri telah melakukan misi Gospel, yaitu meng-injilkan daerah jajahannya termasuk Indonesia. Kristenisasi dapat berjalan karena rakyat Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam dalam keadaan miskin, dan rendah dalam memahami agamanya.
Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Menurut pasal 6 Anggaran Dasar Muhammadiyah :
“menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”
Amal Usaha Muhammadiyah
1.       Bidang Keagamaan (Metode Hisab, Penentuan arah kiblat, tuntunan zakat profesi, dll)
2.       Bidang Pendidikan (Sekolah, Perguruan Tinggi, Pondok pesantren)
3.       Bidang Kemasyarakatan (panti asuhan, RS PKU)
4.       Bidang Politik Kenegaraan  (pernah masuk dalam Partai Masyumi)



sumber: http://muhammadiyahis.blogspot.co.id/2015/07/materi-kemuhamamdiyahan-latar-belakang.html